Alutsista Buatan Lokal Siap Tembus Dominasi Global

 Industri pertahanan nasional, termasuk sektor swasta, sesungguhnya sudah lama akrab dengan lompatan teknologi digital. PT Infoglobal, misalnya, mulai mengadopsi kecerdasan buatan, pemrosesan data real-time, hingga simulasi VR (virtual reality) jauh sebelum istilah ”Industry 4.0” menjadi tren.

JAWAPOS, 1 Juli 2025 (hal. 49)  - LANGIT mendung di atas kompleks PT Infoglobal di kawasan Surabaya Pusat, sore itu tak menyurutkan semangat tim riset perusahaan swasta pertahanan tersebut. Saat Jawa Pos melangkah ke ruang rapat utama mata langsung disuguhi galeri avionik. Pada sisi kanan terpajang panel instrumen C-130 Hercules yang berjajar rapi dengan display digital.


Bersebelahan dengan itu ada avionik milik KT-1B, pesawat warna merah yang jadi andalan Jupiter Aerobatic Team. Di sudut lain, terpasang avionik kokpit Hawk dan Super Tucano yang berkelip biru-hijau, lengkap dengan DVR terpampang di meja bagian barat.


Tiap perangkat dilengkapi stiker level kualitas,.dari prototipe hingga siap produksi, serta satu kalimat te gas yang dicetak tebal di bawah logo Infoglobal di balik mesin itu: Made in Indonesia. ”Siapa yang ng gak bangga, kami saja bangga dengan ini, ini asli buatan Surabaya, buatan Indonesia,” ujar CEO PT Infoglobal Adi Sasongko kepada Jawa Pos.


Adi juga menunjukkan mockup pesawat, lengkap dengan mesin dan perangkat lain yang mengikutinya. Drone WANI-23 itu mem-buat pengunjung dan delegasi militer dari berbagai negara terpukau saat dipamerkan di pameran Indo Defence di Jakarta beberapa waktu lalu.


Pesawat nirawak yang sepanjang dua meter dan sanggup terbang ku rang lebih 25 jam nonstop itu mam pu sambil menggendong rudal pintar. ”Nama WANI lahir dari spirit arek Suroboyo, berani tampil meski banyak yang meragukan industri pertahanan lokal,” ujarnya sambil menepuk badan drone yang sudah dua tahun digarap dengan dana internal perusahaan.


Drone itu dikerjakan hanya dengan 10 orang putra daerah. Adi menjelaskan, seluruh software dan hardware WANI-23 dirakit di lini produksi Infoglobal sendiri, lengkap dengan kecerdasan buatan, machine-learning untuk navigasi otonom, serta sistem perintah suara.


”Di kokpit kendali darat, operator tinggal mengendalikan dan drone akan mengeksekusi manuver secara otomatis,” kata alumni Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) itu. Menurut dia, uji terbang terakhir sebelum sertifikasi penuh dijadwalkan akhir tahun ini, dan pihaknya optimistis WANI-23 bisa memasuki tahap produksi massal di massa selanjutnya.


Rekam jejak PT Infoglobal sejatinya bukan baru kemarin. Sejak dekade 1990-an, perusahaan ini telah memproduksi lebih dari 300 peralatan avionik pesawat tempur untuk pasar domestik Asia Tenggara dan Timur Tengah. Kini, mereka menambahkan lini nano-satellite, kata dia sedang disiapkan terbang bareng Elon Musk suatu hari nanti. 


Menurut dia, semua demi visi living beyond digital yang menempatkan kemandirian teknologi sebagai kunci geopolitik masa depan. Dia mengungkapkan, Kunjungan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto pada 2021 menjadi momentum besar bagi Infoglobal.


“Itu momen paling berkesan, kami tunjukkan bahwa industri swasta Indonesia mampu menembus batas,” kenang Adi. Dia mengakui, Infoglobal tengah menyempurnakan i-22 Sikatan. Pesawat itu ada di hanggar kawasan Bandung.


Dia menyebut jet tempur generasi kelima itu memiliki dua mesin jet. Serta dirancang dan dilengkapi jet. Serta dirancang dan dilengkapi di dalam tubuh pesawat. Serta ditempel dengan dua drone pendamping tanpa awak. Jika dilihat, pesawat itu mirip dengan J-20 Mighty Dragon milik Tiongkok. Tapi, jelas berbeda. 


”Semua lini, mulai material penyerap radar hingga helm tempur ber-VR, kami rancang agar pilot awareness melampaui teknologi konvensional,” ujarnya. Dia menekankan, “Kami tidak bergantung Amerika, Cina, atau Eropa—Indonesia harus bisa gawe dewe demi kepentingan nasional,” tegasnya.  


Dia yakin, kehadiran WANI-23 dan i-22 Sikatan akan mengubah peta ekosistem pertahanan nasional. (ali)


Download PDF